Jumat, 01 Agustus 2014

Kejutanku di Libur Semester Panjang

Libur telah tiba! Hore ! ! Hore !! Hore..

Sesaat aku terloncat dari tempat tidurku. Lama sudah ku menyambut penantian akhir semester empat yang kini hadir di pelupuk mata. Terbayang sudah beberapa list schedule bermacam-macam kegiatan liburan yang tersusun cantik dan rapi dalam imajinasi.

Yap, seperti; kitchen action, wasting drama movie stage, meet & great some childhood friend, or go hunting with somefriend etc. Beberapa paket liburan yang siap mengisi hari-hariku beristirahat dari segala rutinitas kampus. Namun belum pernah semuanya terealisasi setiap liburan-liburan semesterku sejak dua tahun yang lalu. Aku harap sih semuanya bisa terlaksana semanis bayangan harapanku.

Tanpa ba bi bu dan melirik jarum jam tangan secukupnya, bergegas kubersihkan diri dan dan merapikan beberapa barang lagi yang masih tercecer sana-sini belum ter-pack rapi pada tempatnya dengan sigap.

Kali ini kamar yang tak lebih besar hanya berukuran 3x3m ini pertamanya akan ku tinggal untuk libur yang kurang lebih terhitung seharusnya tiga bulan. Namun aku cukup punya beberapa kerjaan yang memaksaku untuk harus standby kembali di Kota Belimbing yang sudah ku diami tapi belum pernah kujelajahi semua sudut kotanya selama empat semester aku mengambil studi Akuntansi Teknologi Sistem Informasi di Universitas Indonesia yang terbilang 'ternama' itu dari batas akhir jadwal liburan semester panjangku.

Anyway, ada perasaan sedikit bangga tentunya tak lupa bersyukur walaupun aku datang dari pulau terjauh dari ujung Barat Pulau Jawa ini demi menggenapi tujuan pendidikan penuh sampai jenjang sarjana. Sarjana saja aku belum rampung, masih tahap Diploma. Dan membayangkan akhir yang bahagia itu sedikit membuatku ketakutan kelak akan melalui waktu-waktu bersejarah yang juga berdarah kalo ditinjau itu semua adalah fase sulit untukku segera meraih kelulusan jika tak dipersiapkan dari sekarang. Aku harap optimis kelulusan itu segera ku raih meskipun dengan cara tak terduga. Bukan berarti aku harus melakukan hal-hal yang melanggar etika. Tak terduga itu ya seperti pertama kalinya aku menerima pengumuman bahwa namaku tertera sebagai Calon Mahasiswa, di UI pula ") dimana jika kuingat kebelakang saat-saat itu teman-temanku mengincarnya dari berbagai macam ujian masuk PTN. Bayangkan, aku hanya menerima bagianku bagaikan durian runtuh. Hasil dari ajang kepasrahan saat itu pada Allah agar menyelipkan namaku, menerima ikhtiarku dimanapun aku bisa melanjutkan studi. Tibalah saat-saat menanti hasil pengumuman yang begitu tak kugubris dengan ambisiusme but still berharap kecil namaku ada. Meskipun malamnya sama dengan malam-malam sebelumnya menunjukkan aku masih bisa tertidur nyenyak. Alhamdulillah Allah begitu Maha Kuasa mengabulkan mimpi kecilku yang kuingat masih tertera impian untuk LULUS jalur PPKB UI saat itu dan nomor satu di buku diary yang masih kusimpan sampai saat ini. Hal indah yang masih murni kuingat, Allah menunjukkanku jalan sesuai batas kemampuanku dalam meraih segala hal. Aku pun selalu mengucap syukur kala mengingat kenangan itu sesaat merasa down untuk melanjutkan sampai tahap kelulusan.

Kini aku kembali diingatkan bahwa mimpi sekecil apapun yang kau goreskan dengan penamu pertanda kau telah merencanakan takdirmu dengan keajaiban yang Allah punya jika kamu MAMPU mempercayai kebesaran-Nya dan takdir yang juga ia rencanakan denngan baik di lauhul mahfudz-Nya ")
(-You Made it so sweet O, God-)

Perjalanan yang panjang pun terasa singkat setelah mengingat segala macam bentuk perjuanganku di SMA Al-Kahfi kemarin. Seperti membaca buku tebal yang pada akhirnya menutup halaman terakhir juga. Hanya bermodal kepercayaan pada Allah bahwa semua sudah skenario terbaik yang Ia ciptakan untuk semua makhluknya.

Damri pun sampai pada destination terakhirnya. Aku pun dengan tenang melangkah menukarkan tiket, check-in, dan masuk waiting room setelah di perjalanan tadi sudah mengirimkan sepucuk surat cinta untuk teman terbaikku. Ada harapan yang kuharap Allah menjawab segala bentuk resah dan pertanyaanku. Liburan kali ini meskipun aku pulang membawa tanda tanya tentang seorang teman tapi aku harus tetap bahagia agar tak merusak seluruh moment berharga quality time ku bersama keluarga. Mengutak-atik beberapa kalimat dibalik layar handphoneku terkadang sambil tersenyum adalah kebiasaan yang sudah tak terpisahkan bagi manusia yang masih hidup di era jaman modern saat ini. Kupikir semakin bertambah majunya teknologi malah semakin menjauhkan antar manusia dari pertemuan yang sesungguhnya jika hanya mengandalkan teknologi. Semoga teknologi tidak disalahgunakan keberadaannya. Karena aku anak teknologi (loh apa hubungannya).

Perjalanan tidak kuambil pusing. Merupakan hal yang menyenangkan bukan pulang dengan perasaan tenang dan penuh dengan rencana kejutan. Namun kejutan, tetaplah akan menjadi banyak kejutan yang menimpaku balik sepertinya.

Liburan kali ini begitu luar biasa. Bukan saja adik bertambah dewasa tapi aku pun juga bertambah usia. Dimana Allah akan selalu terus mengujiku tanda bentuk kasih sayang-Nya padaku.

Pilpres,  Kelulusan, Ramadhan, Usia, Lebaran, Kenaikan kelas, Agustusan, dan banyak lainnya yang begitu mewarnai sejarah libur panjang semester ini. Pertengkaran, Pertahanan, Pertemanan, dan Kepercayaan semua dipertaruhkan selama separuh liburanku kemarin dan Alhamdulillah meskipun tangisan juga tak bisa dielakkan, kesedihan itu selalu teringat jika luka yang teroreh tak dapat lagi dibendung. Mengadu, ya terkadang aku merasakan kesedihanku atas kepergianmu itu harus kau ketahui. Tapi kau tak mau tahu dan biarlah cukup Allah yang mendengarnya. Karena inilah aku yang sifatnya ingin semua sama-sama merasakan. Aku bukan kamu begitupula kamu bukan aku. Kita sama tapi kita berbeda. Mungkin jalanku dengamu sudah beda dari awalnya. biarlah kita bertemu di ujung jalan dan hari akhir nanti, dimana semua masalah yg sama-sama kita lalui ini akan mengungkapkannya. I know, you also know semua ada pada tempatnya kelak.

Cobaan pertama berlalu, cobaan kedua datang..

Pagi itu biasanya aku mengecek notification  whatsapp, setelah beberapa PI dimana aku bekerja untuk lembaga kerohisan di kampusku mengirim pesan yang intinya sama semua. Tertera sebuah nama leftgroup. Aku hanya menghela nafas. Cobaan apalagi yang akan kuduga setelah datangnya dari temanku yang pertama kini dia. Teringat memori singkat malam itu aku bersenda gurau dengannya yang menunjukkan keinginanku untuk mengundurkan diri dari jabatan, namun aku sedikit kaget dengan jawabannya saat itu yang tak beda artinya sama dengan puncak perasaanku malam itu. Mengingat itu, melihat kembali layar hp touchscreenku dan membaca ulang pesan temanku pagi itu membuatku semakin berantakan pagi-pagi. Udah belum mandi, ditambah pula pikiran berserakan kemarin yang belum selesai. Ada perasaan benci, marah saat itu juga, tapi syukurnya amarah yang ku kendalikan ini masih mampu kusetir mungkin efek Ramadhan (pengendalian diri), dan setan tak ada untuk menghasutku melempar hp saat itu. Karena kalau hp kulempar saat itu bisa jadi pertanda aku tidak membutuhkan hp lama lagi. Mengingat keuangan yang tak sesuai dengan pangkatku yang belajar di akuntansi juga tak memnuhi dompetku. Jadilah aku menetralisir marah, sedih, kecewa saat itu dengan mandi. Banyak hal lucu yang kubayangkan dalam meditasi di kamar mandi.
"Seperti apa hal yang membuat partner kerja gue itu mundur duluan dibanding ucapan yang pernah meluncur duluan dari gue saat itu?"
sepertinya hal ini udah gak perlu lagi dinetralisir hati, sakit hati bawaannya kalo ditinggalin lagi dan lagi seperti itu. Tapi apa yang keluar dari ucapannya?
"Lu keliru, lu emang salah udah percaya ama gue. Lu keliru terlalu percaya gue. Maaf gue bukan yang pantas ngedampingin lu selama setahun. Gue terpaksa harus keluar."
Masih ada tanda tanya yang menggantung, lucu jika ditelusuri. Bahwa bukan penyebab utama itu yang mungkin ingin ia ungka, tapi apalah jadinya kalau aku masih terus saja memaksa kehendaknya untuk mengatakan yang sebenarnya. Mungkin ia mengerti perasaan perempuan kalau dikatakan yang sejujurnya itu akan lebih menyakiti.

Dari sana aku berfirasat beberapa momen liburan membuat perpecahan kecil diantara tubuh Foksi sendiri. Jika hal ini sudah tak bisa dihindari maka lebih baik emang pikiran menganjurkan untuk menghindarkan diri. Apa boleh buat. Aku sudah tak sanggup untuk larut dan stuck terlalu lama lagi dalam situasi seperti ini untuk yang ketiga kalinya setelah sahabat SMA ku, teman terbaik kampusku, dan dia partner kerjaku. Aku tak tau hal kedekatan apa yang mengikatkanku dengan mereka, sedangkan tak pernah nampak hal itu sebaliknya dari mereka. Mungkin aku bukanlah siapa-siapa bagi mereka. Cukup Allah yang Maha Tahu.

Perseteruan antar kubu pilpres yang sempat memanas kala Ramadhan itu juga mewarnai kesalahpahaman antara temanku Gemni dan seorang lagi yang kukenal dekat karena dari awal selalu ama dia sejak mabim, kelas, kelompok sampai organisasi, entah mengapa mengeluarkan diri dari kampus rakyat itu. Perseteruan itu hanya sekedar perang dingin di kolom komentar facebook, kalo kata gue basi kali ya bahas sekarang. Karena sebentar lagi #insyaAllahMenang siapa yang adil, jujur dan tidak berdusta bukan sekedar pencitraan dimata rakyat, aku masih setia untuk menanti dan mendoakan calon pemimpin yang ideal untuk negeri ini. Seperti temanku Gemni ini aku sepaham untuk ukuran pemimpin yang ideal itu yang tegas dan tidak dibawah pengaruh maupun pembohong besar. Tapi aku pun tak bisa memaksa kehendak Allah. Manapun yang terpilih nanti bisa jadi suatu kecelakaan atas kebohongan bisa pula petunjuk Allah untuk lebih memenangkan negeri terbesar pemeluk agama-Nya. Wallahu'alam. Kita hanya berdoa agar menghindari kerugian terbesar yang mungkin saja terjadi jika tak dihindari. Seperti penyakit lebih baik menghindari daripada mengobati. Membeli obat itu mahal mengapa  tidak meminimalisir pencegahan daripada terlanjur bukan?

Lebaran pun usai. Lebih terasa sedih ditinggal Ramadhan ") melepas kepergiannya begitu amat berat. Karena badanpun makin berat setelahnya? Oh bukan. Karena aku banyak diajarkan arti pengendalian diri sesungguhnya dari-Nya. Belajar untuk tidak terburu-buru men-judge sikap seseorang dan penyesuaian atas semua kejadian yang kuyakin banyak hikmahnya. Perginya Ramadhan ternyata jauh lebih cepat. Beginilah yang paling tak kusukai saat semuanya yg berlalu begitu panjang prosesnya akan terasa begitu singkat jika tak dimaknai secara mendalam arti kehadirannya. Bukan berarti yang pergi tak akan kembali, kata mungkin masih jelas belum musnah kok. Dan terutama lagi, yang pergi itu pertanda kehidupan baru akan segera dimulai bukan untuk lalu-dan ditangisi sedemekian rupa. Ingatkan setiap nonton film sedih selalu ada episode bahagianya? bukan berarti tak semuanya ada, yang jelas ADA kesedihan pasti ada lembar kebahagiaan yang mengikutinya dalam satu jilid buku yang berusaha kau habisi tiap lembar kisahnya :)

Indahnya lagi kau tau?
Bonus dari kisah sedih ini Allah begitu mengabulkan harapanku yang sempat pupus karena semester empat ini aku merasa pesimis dengan kemampuanku. Sempat terlintas untuk berhenti saja serupa dengan tingkah beberapa temanku yang berani mengambil keputusan, entah berhenti kuliah, meniti mimpi yang tertunda atau ada karir lain yang telah siap menanti. Wallahu'alam.
Semua adalah bonus terbaiknya disaat kesedihan menuntut, kekecawaan sempat menghampiri, dan kesusahpayahan diimbangi dengan kepasrahan semata untuk-Nya. Allah memberi kejutan dibalik kejutan. yakni melejitnya IP-ku di semester yang terbilang pesimis ini.

Akhir kata, i just realize perkataan senior Ka Imas waktu itu di twitografinya tentang organisasi tak selalu menjadi penghalang prestasi akademis kini aku alami sendiri dengan perintah untuk selalu percaya diri sendiri, tidak selalu menyalahkan sesuatu yang kau pikir justru bahkan membunuh prestasi. Ternyata kejadian serupa pun juga dialami teman perkuliahanku lainnya, teman yang baru saja kutemui akhir ini dekat saat mengenyam organisasi serupa. Kini aku bersyukur dipertemukan orang-orang hebat yang aku tak salah menemukan mereka di sana. Meskipun mereka datang dan pergi aku tau banyak pelajaran darinya. Terimakasih teman-teman Foksi yang sudah banyak mengajarkanku arti kesabaran. Mungkin jika ini tidak pernah tertuang dalam bait paragraf kisahku aku akan segera lupa. Jadi mulai saat ini akan kuusahakan mulai menulis kembali apa yang terjadi dalam dimensi kehidupanku dan alam pikiranku saat ini :)








0 komentar:

Posting Komentar